Bergerak Mewujudkan Malang Raya Sehat Jiwa

Kasus bunuh diri, terutama oleh anak-anak muda, di Malang, Jawa Timur, terus saja terjadi. Bahkan terbaru, beberapa hari lalu, ada pelajar dari luar kota datang ke Malang hanya untuk bunuh diri. Tak heran, belakangan muncul desas-desus olok-olok bahwa Malang adalah kota bunuh diri. Miris.
Lalu ada apa dan apa bisa dilakukan untuk mencegah kasus serupa terus berulang? Berikut ini ada beberapa hal bisa kita cermati bersama.
Sejak kasus dugaan bunuh diri perempuan muda di jembatan Tunggulmas, rupanya setidaknya ada empat orang menghubungi hotline 08113788898, untuk curhat hal yang membuat mereka depresi sehingga terpikir bunuh diri.
Nomor tersebut adalah hotline aktif 24 jam untuk melayani orang yang merasa depresi dan berniat bunuh diri milik Gerakan Malang Raya Sehat Jiwa yang diinisiasi Yayasan Mahargijono Schutzenberger Indonesia.
Tidak hanya melayani konsultasi telepon, bahkan jika dibutuhkan, akan ada tim yayasan yang menjemput ”calon korban bunuh diri” tersebut dan membawanya ke rumah aman.
”Mereka bercerita tentang hal yang membuat mereka tertekan secara psikologis, dan tidak bisa bicara dengan orang lain. Kami akan menjadi pendengar, dan jika dibutuhkan, kami jemput mereka untuk dibawa ke rumah aman,” kata Ketua Yayasan Mahargijono Schutzenberger Indonesia Sofia Ambarini, Kamis pekan lalu.
Si penelepon bisa siapa saja, baik orang yang ingin bunuh diri maupun orang yang melihat gelagat orang yang hendak bunuh diri. ”Itu pentingnya peduli dengan sekitar. Jika ada hal yang tidak seperti biasanya, bisa cari tahu dan memastikan. Dengan begitu mungkin kita bisa menolong seseorang,” kata Sofia.
Terkait deteksi dini, Sofia menyebutkan, salah satu ciri orang dengan depresi adalah tidak bisa tidur. Sebab, banyak hal bergejolak di pikiran sehingga sulit tidur. ”Jika ada anggota keluarga mengalami gejala seperti itu, bisa diawasi, dijaga, atau diajak konsultasi agar masalahnya bisa terurai,” katanya.
Kami akan menjadi pendengar, dan jika dibutuhkan,
kami jemput mereka untuk dibawa ke rumah aman.
Yayasan Mahargijono pada tahun 2023 mengembangkan upaya dengan bergerak dalam upaya penanganan depresi di Malang Raya. Arahnya adalah penanganan kegawatdaruratan ataupun kegiatan yang bersifat preventif seperti sosialisasi.
Mereka membuka layanan telepon 24 jam untuk pencegahan bunuh diri, menyiapkan tim evakuasi, pendamping, konselor/psikolog, serta kuasa hukum jika dibutuhkan. Yayasan ini berdiri tahun 2021 dan bergerak di bidang pendidikan.
Jika tidak butuh dibawa ke rumah aman, kasus akan diteruskan untuk memenuhi prosedur lain dan kemudian dijadwalkan untuk konseling. Pendampingan dan konseling akan disesuaikan dengan kondisi seseorang, paling lama enam bulan. Konseling selama itu gratis. Biaya operasional yayasan diambilkan dari bisnis keluarga mereka, di antaranya properti, perdagangan, kuliner, dan lainnya.
Bagi Sofia, bunuh diri dimulai dengan depresi. Depresi tercipta ketika persoalan menumpuk dan tidak bisa diselesaikan atau minimal ada saluran untuk mendapatkan masukan pemecahan masalah. Itu sebabnya, gerakan dibangun yayasan tersebut adalah untuk mencegah bunuh diri dan untuk menangani (rescue) jika ada kasus mengarah ke bunuh diri.
Kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk mewujudkan Malang Sehat Jiwa. Mulai dari Kodim yang akan membantu di tim evakuasi, konselor dan psikolog dari RSJ Lawang, hingga rohaniwan. Tujuannya adalah semakin menekan angka depresi yang bisa memicu bunuh diri. Jadi, kami fokus dua hal, yaitu menangani kegawatdaruratan terkait bunuh diri serta yang utama adalah mencegah bunuh diri,” kata Sofia.
Sofia mengaku sangat senang jika ada dukungan pemerintah dalam gerakannya itu. Dukungan dimaksud, misalnya, izin menyosialisasikan program ke guru-guru bimbingan konseling (BK). Belakangan, pihak Kementerian Kesehatan sudah menghubungi Sofia untuk mereplikasi model penanganan bunuh diri ke berbagai daerah di Nusantara.
Meski baru berjalan tahun lalu, Sofia mengakui, dalam sehari pihaknya menerima 30-40 telepon yang meminta bantuan untuk menangani stres. Banyak kasus lanjut ke konseling, dan ada juga yang ditolak karena ujung-ujungnya hanya mau agar yayasan membayar utang pinjaman online yang membelit mereka.
”Sekarang yang terus kami lakukan adalah mengedukasi tentang kesehatan jiwa ke sekolah-sekolah, komunitas, dan ke siapa saja yang membutuhkan. Harapannya adalah satu, angka depresi berkurang dan jumlah kasus bunuh diri terutama di kalangan anak muda, turun bahkan hilang,” katanya.
Bagi Sofia, kesehatan mental yang baik akan mendorong keahlian seseorang lebih baik, memiliki moral baik, sehingga menjadikan SDM lebih baik. ”Kalau bisa menurunkan angka depresi dan bunuh diri setengahnya saja, saya sudah senang. Semoga kami bisa menggandeng lebih banyak orang untuk bisa bekerja sama mewujudkan Malang Sehat Jiwa,” katanya.
Apa yang dilakukan Sofia dan timnya adalah salah satu bentuk kepedulian pada sesama. Kepedulian sosial itu memang sangat dibutuhkan, terutama untuk mencegah kasus-kasus bunuh diri terulang.
Menurut dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari, kepedulian sosial itu harus diciptakan. Kepedulian sosial adalah kunci untuk mencegah kasus bunuh diri terus terulang.
Kecenderungan bunuh diri, menurut Luluk, dimulai dari bagaimana seseorang membentuk konsep diri secara keliru. Anak sekarang memiliki konsep diri keliru. Misalnya, pusing sedikit sudah berpikir kena mental health. Mereka secara individualis mengonstruksi dirinya. ”Dengan sifat individualis itu, keterbukaan menurun sehingga semua dipendam sendiri dan menumpuk lalu depresi dan bunuh diri,” katanya.
Ditambah lagi, paparan dunia instan karena perkembangan teknologi digital menyebabkan generasi muda sekarang maunya hidup serbaenak. Tidak tahu proses untuk mendapatkan hidup enak itu seperti apa.
”Budaya instan yang timbul seiring kemajuan teknologi digital mendorong hasrat konsumerisme tinggi dan membuat orang semakin individualis. Mereka melupakan kehidupan sosial di sekitarnya dan hanya terpaku pada gawai dengan dunia digitalnya,” kata Luluk.
Tuntutan dunia dan budaya instan yang setiap saat digenggam, menurut Luluk, membuat generasi kini maunya enak, mewah, dan bahagia saja. Tidak melihat bahwa semua butuh proses dan jatuh bangun.
”Dampak negatifnya adalah membentuk generasi lemah dan mudah dipengaruhi. Realitas sekarang, karakter manusia saat ini lemah, daya lenting rendah. Dunia sekarang membentuk generasi yang apa pun dapat dengan mudah didapat via online,” katanya.
Padahal, realitas sesungguhnya berbeda sekali. Hal itulah yang dinamakan hiperrealitas atau kehidupan semu. ”Mereka hidup bukan menjadi dirinya sendiri, tetapi menjadi manusia lain yang dikonstruksi oleh teknologi dan media. Ini yang membuat orang gampang tertekan atau stres,” kata Luluk.
Untuk mencegah dampak negatif dunia instan saat ini, menurut Luluk, solusinya adalah menyadari konteks manusia sebagai makhluk sosial. ”Kita semua dalam apa pun dalam hal kecil butuh orang lain, misalnya pakaian butuh orang lain untuk menjahitnya. Makanya, bersosialisasilah. Dimulai dari sosialisasi dan interaksi sosial terkecil. Dimulai dari keluarga, RT/RW, dan lingkungan kerja. Berkegiatan, carilah forum dan komunitas agar tidak merasa sendirian,” katanya.
Berikutnya, menurut Luluk, kepedulian sosial harus dimunculkan. ”Mari menjadi manusia yang responsif dan saling bisa menyapa, memedulikan orang lain. Untuk memutuskan manusia dengan sifat instan dan cuek tadi, kuncinya di sana,” katanya.
Terpenting, menurutnya, memunculkan pandangan positif terhadap orang lain. ”Jika ada hal terjadi, kita harus bertanya pada diri sendiri kenapa dia begitu, kenapa bisa begitu, dan seterusnya. Jika yang kita tunjukkan adalah kenegatifan dan sikap cuek, kita akan semakin membuat orang yang butuh bantuan menarik diri dan merasa mereka terjustifikasi,” kata Luluk.
Membentuk pandangan positif ini termasuk dengan membiasakan hal-hal positif dalam interaksi sosial. Misalnya, menyapa dengan sopan. ”Tidak menyapa dengan sapaan atau makian yang makin hari makin dibudayakan seolah keren. Padahal, itu tidak pantas secara etika. Itu justru memicu sikap keras pada generasi muda,” katanya.
Begitulah, kepedulian terhadap kesehatan mental harus ditingkatkan. Salah satu caranya adalah peduli dengan sekitar.
source https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/05/14/bergerak-mewujudkan-malang-raya-sehat-jiwa